Penjajahan nampaknya masih berlangsung di negeri Indonesia tercinta ini gais. Penjajahan yang dimaksud bukanlah penjajahan dengan metode konvensional seperti penjajahan pada masa pendudukan Belanda dan Jepang dulu, melainkan penjajahan dengan cara yang lebih modern.Penjajahan modern yang dimaksud adalah penjajahan dalam hal penguasaan data-data penting masyarakat Indonesia oleh pihak asing. Data pribadi memang merupakan data yang sangat penting, dan seharusnya tidak boleh ada orang lain yang tau tentang data tersebut. Tapi dengan perkembangan internet semua itu bisa terjadi gais, banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa data pribadi kita sebenernya sudah tersebar ke pihak asing.
Lantas bagaimana ya pihak asing tersebut bisa menguasai data penting masyarakat Indonesia? Hal tersebut bisa aja dilakukan melalui alat transaksi yang umum dipakai, misalnya ATM, kartu kredit, data di media sosial, data pada sebuah website yang mengharuskan pengguna untuk membuat akun terlebih dahulu, tiket penerbangan luar negeri, dan masih banyak yang lainnya.
Dengan adanya data-data yang kita isikan maka dapat diartikan bahwa pihak asing sudah pasti mengetahui data pribadi kita, misalnya aja jenis kelamin, usia, pekerjaan, jumlah penarikan tunai, dan data-data yang lainnya. Lalu data yang diperoleh oleh pihak asing itu untuk apa ya?
Tentu aja dipakai untuk memata-matai Indonesia gais, seperti misalnya keadaan ekonomi dalam negeri gitu. Kalau keadaan ekonomi negara lemah, hal ini bisa dijadikan celah pihak asing untuk berpura-pura menolong keluar dari krisis ekonomi. Walaupun bisa jadi tujuan utamanya bukan untuk menolong, melainkan untuk mengeruk kekayaan dalam negeri dengan kedok memberikan pinjaman dan kedok-kedok lainnya.
Seperti sudah dijelaskan di atas, pengambilan data tersebut bisa juga melalui media sosial. Kalian yang punya media sosial pasti selalu mengisi data pribadi terlebih dahulu saat melakukan proses sign-up. Misalnya aja bikin akun Facebook, nah nanti data kita kan secara tidak langsung juga dimiliki oleh Facebook. Belum lagi proses akuisisi Whatsapp oleh Facebook, dimana data pengguna Whatsapp juga pasti jatuh ke Facebook. Nah data ini bisa jadi digunakan oleh pihak lainnya untuk memata-matai keadaan dalam negeri.
CEO PT. Catur Sofware Indonesia (CSI) yang lebih akrab dikenal dengan Bang David menuturkan seperti yang dikutip dari Okezone, bahwa “pihak luar itu kan mafia data. Semua di-trace dari segi umur, pengeluaran, pemasukan dari game contoh kayak Poker itu sudah berapa triliun dari situ.” Lebih lanjut lagi, Bang David juga mencontohkan kenapa China memblokir beberapa website. Ternyata hal tersebut dilakukan agar pihak asing tidak mencuri data-data masyarakat China itu sendiri, sehingga kekuatan ekonomi China tidak diketahui oleh pihak asing.
Tapi ya itu seperti dua buah sisi mata uang sih gais, disatu pihak memang kebanyakan masyarakat Indonesia membutuhkan jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, Whatsapp, dan lain sebagainya. Namun disisi lain memang data pengguna dari masyarakat Indonesia dapat dengan mudah diambil oleh pihak asing.
Disinilah dibutuhkan peran aktif pemerintah Indonesia untuk memproteksi data-data penting dari masyarakat Indonesia, supaya kedepannya data-data penting masyarakat Indonesia tidak dijajah lagi oleh pihak asing. Atau bisa juga masyarakat melalui suatu wadah tertentu melakukan pengembangan sistem proteksi dan pengamanan terhadap data-data dalam negeri.
Semoga aja kedepannya Indonesia benar-benar bisa bebas dari penjajahan pihak asing melalui metode apapun ya gais. Sehingga kita bisa berinternetan dengan perasaan aman dan bahagia sentosa.
Gambar: Username dan Password via Shutterstock